Selasa, 31 Maret 2009

Lebih Cepat Lebih Baik vs Purwoceng



Kalau anda mengingat kampanye pilpres 2004, anda tentu ingat dengan slogan “Bersama Kita Bisa”. Slogan itu milik pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla (SBY-JK) yang akhirnya menjadi pasangan presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Namun dalam perjalanan pemerintahannya, apalagi menjelang pemilu, seolah slogan itu berubah jadi "tidak bersama kita bisa". Dua sejoli itu dinilai sering terpecah dalam setiap tindakannya. JK bahkan dinilai lebih presiden dari SBY, ibarat ada dua matahai kembar.

Sampai-sampai Buya Syafii Maarif mengatakan JK sebagai the real president meski kemudian JK mengatakan dirinya the real vice president.

Makanya Pengamat Politik Seperti Mohammad Qodari sempat menyatakan SBY dan JK tidak cocok. “JK dan SBY itu ibarat rem sama gas, jadi bertentangan,” kata Qodari.

Qodari bukan yang pertama menilai, selama ini memangi SBY dinilai sebagai pemimpin yang lamban dan tidak tegas, sementara JK dikenal cepat bertindak, bahkan terkesan spekulatif ala pengusaha.

Kisah SBY-JK ternyata semakin mencolok saat menjelang pemilu ini. Perpecahan yang selama ini terlihat ditutup-tutupi mengemuka ke permukaan saat JK kemudian menyatakan siap maju sebagai presiden. Apalagi banyak kader Golkar yang setuju pimpinannya pecah kongsi dengan SBY.

Yang menggelitik juga hadir dari iklan Partai Golkar. Dalam iklan tersebut JK sedang mengumbar janji dengan mengatakan bisa memerintah lebih baik. Ada kalimat yang menonjol yang diucapkan JK sambil menggulung lengan baju kuningnya; “lebih cepat lebih baik”.

Kalimat itu akan tampak biasa kalau bukan JK yang mengucapkan. Namun menjadi tidak biasa karena kalimat itu dinilai sebagai sindiran JK terhadap SBY. Sebagaimana diketahui SBY selama ini dicitrakan lamban.

Makanya iklan itu seolah menjanjikan jika JK presiden bisa lebih cepat dari SBY dalam mengambil keputusan. Karena lebih cepat itu lebih baik.

Perang reaksi antar anak buah dua partai terkait iklan itu sempat terjadi. Golkar berkilah tidak bermaksud sindir SBY. Demokrat berkilah SBY tidak lamban.

Bagaimana dengan SBY sendiri, dia ternyata melakukan sesuatu yang seolah membalas sindiran JK. Tak lama setelah iklan JK tayang, SBY melakukan kunjungan ke Surakarta.

Kala itu SBY berkunjung ke suatu tempat yang ada tanaman Purwoceng. kemudian dia berkelakar kepada para menterinya untuk memakai tanaman itu. Purwoceng adalah tanaman obat untuk laki-laki agar tahan lama dalam berhubungan seks.
Lantas apa hubungannya dengan “lebih cepat lebih baik”?, Pakar Komunikasi Politik Effendy Ghazali mengungkapkan tafsirnya dan mencari benang merahnya.

Effendy menilai Purwoceng merupakan counter attack SBY terhadap pernyataan JK. Karena filosofi Purwoceng adalah memperlama gairah atau ereksi atau bisa dikatakan “lebih lama lebih baik”.

“Nah kalau JK lebih cepat lebih baik, SBY Purwoceng, lebih lama lebih baik” ujar Effendi.

Entah analisis Effendy itu serius atau bercanda belaka. Namun yang jelas tingkah laku dua pemimpin itu memang selalu kontras, disadari atau tidak, diakui atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar