Selasa, 27 Oktober 2009

Jadi Presiden Seperti Orang Melahirkan

foto: pks.or.id


Tifatul Sembiring terus menebar senyum dan melayani jabat tangan para tamu di ruangan yang penuh sesak itu. Siang itu adalah hari terakhirnya menyandang jabatan presiden PKS setelah dia mendapat posisi baru sebagai menteri.

Suasana harus juga sesekali mengiringi pelepasan sang Menkominfo. Bahkan staf yang membacakan surat pergantian Tifatul sempat terisak menahan tangis. Namun Tifatul yang terkenal suka berpantun justru mengisi perpisahannya dengan humor dan perumpamaan yang menggelitik.

Saat diberikan kesempatan berpidato, Tifatul langsung meminta izin agak panjang waktunya karena itu adalah pidato terakhirnya. Dia juga sempat terlihat menahan haru sampai-sampai sering selip lidah.

Misalnya dia salah sebut masa jabatannya yang 5 tahun 10 hari, menjadi satu tahun 10 hari. Juga salah sebut tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 disebut 25 Desember.

“Cuma beda sehari,” kilahnya yang disambut tawa.

Dalam pidatonya Tifatul lebih banyak menceritakan soal pengalamnnya memimpin PKS. Dia mengibaratkan menjadi presiden seperti seorang nahkoda dan proses belajarnya seperti orang melahirkan.

“Menjadi Presiden PKS atau presiden sebenarnya ,seperti orang melahirkan. Tidak perlu punya pengalaman sebelumnya. Nanti insyaallah banyak orang di sini yang akan bantu,” ujarnya sambil tersenyum.

Lalu dalam menahkodai dia juga mengaku mendapat berbagai macam dinamika. Misalnya ada protes mengapa jalur yang dipilih adalah jalur ini, lalu dia menjelaskan hal itu keputusan partai. Ada juga yang menanyakan mengapa gaya menahkodai seperti itu.

Dia juga menyindir awak kapal yang menaikkan bendera warna lain selain warna PKS. Dalam perumpamaan dia juga mengatakan ada kader yang suka membakar ikan di geladak kapal dan bukan di dapur kapal. Saat ada yang menanyakan itu dia mengatakan mungkin kader itu ingin makan ikan dengan cara itu.

“Biarkan saja asal jangan bakar kapal saja. Ada juga yang loncat enggak tinggal juga enggak jadi gelayutan aja dia di kapal. Mungkin mau pindah belum ada kapal,” sindirnya yang disambut tawa hadirin.

Lalu diakhir pidatonya Tifatul juga masih melontarkan candaan soal jabatannya menjadi Menkominfo. Dia mengatakan menjadi menteri sama seperti menjadi manteri suntik (petugas kesehatan desa).

“Bagaimana rasanya jadi menteri mirip-mirip mantra. Kalau mantri sibuk suntik orang kesana-kemari menteri juga sama kesana-kemari. Insyaaalahsaya akan sering ke sini mengenang kebersamaan kita mengenang rapat rapat kita,” tuturnya.

Presiden PKS yang baru pengganti Tifatul, Luthfi Hasan Ishaaq yang berpidato setelah Tifatul menanggapi pidato sejawatnya itu.

”Beliau berkeluh kesah soal nahkoda kapal, saya agak khwatir saya takut mabuk laut,” ujarnya yang disambut tawa riuh.

Luthfi dalam pidatonya juga sempat merendah dan mengatakan mungkin dirinya tak sebagus Tifatul. Dia mengatakan yang dipilih jadi presiden PKS kadang kala bukan bukan yang terbaik setidaknya seperti yang dia alami.

“Setidaknya yang saat ini seperti itu. Saya tidak bisa berpentun,” ujarnya mengarah pada Tifatul yang suka berpantun.

Luthfi juga mengatakan tidak akan ada perpisahan dengan Tifatul. Sebab dirinya dan Tifatul sama –sama masih kader PKS. Setiap saat Tifatul yang sibuk dengan tugasnya menjadi meteripun bisa datang ke kantor baru PKS.(dian widiyanarko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar