Selasa, 21 April 2009

Kisah SMS Cawapres

sumber foto: presidensby.info
----------------------

Ada gula ada semut. Ungkapan itu cocok untuk kondisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat ini. Pak SBY memang ibarat gula yang sedang dikerubuti “semut-semut” yang ingin menjadi pendampingnya di pilpres mendatang.

Maklum saat ini sedang naik daun. Selain dalam berbagai survei popularitasnya masih tertinggi, partainya juga menjadi kampium di pemilu legislatif. Sebuah modal yang lebih dari cukup untuk sukses di pilpres.

Pak SBY pun sedang kebanjiran usulan. Tawaran dan masukan pun datang bertebaran baik dari partai maupun dari kalangan lain. Bahkan masukan lewat pesan singkat atau SMS dari berbagai kalangan pun membanjiri Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Achmad Mubarok mengungkapkan hal itu. Dia mengatakan SMS tersebut isinya beragam. “SMS masuk sangat beragam ada yang serius ada yang lucu-lucuan,” ungkap Mubarok.

SMS soal cawapres itu, lanjut Mubarok banyak yang menggelitik. Ada yang mengatakan kalau Indonesia mau besar SBY harus meng gandeng Akbar Tandjung. Sebab Akbar itu itu artinya besar.

Ada juga yang mengatakan kalau mau Indonesia jadi yang utama, harus gandeng Fadel Muhammad. Karena Fadel artinya utama. Dalam SMS yang tidak dirinci Mubarok datang dari mana itu juga ada nama Hidayat Nur Wahid juga masuk, alasannya agar Indonesia mendapat petunjuk, sebab Hidayat artinya petunjuk.

“Mungkin ada juga yang mengatakan kalau mau barokah harus gandeng Mubarok yang artinya berkah,” kata Mubarok berkelakar.

Mubarok mengatakan Pak SBY saat ini sedang menimbang masak-masak siapa yang akan dipilihnya nanti. Selain menimba masukan dari berbagai kalangan, SBY ternyata juga tidak mengesampingkan aspek spiritual.

SBY juga melakukan shalat istiqarah agar diberi petunjuk menentukan pendamping yang tepat. Pendamping yang tepat dibutuhkan SBY sebab jika terpilih kembali dia ingin melakukan kerja yang jauh lebih baik dari pemerintahannya saat ini.

Kriteria pun dibuat oleh SBY. Lima kriteria yaitu, integritas yang baik, kecakapan yang tinggi, loyal pada pemerintahan, diterima dan lekat di hati rakyat, dan bisa merekatkan koalisi agar kokoh.

Mubarok mengatakan lima kriteria yang disampaikan SBY itu ternyata juga bisa menjadi saringan terhadap berbagai usulan yang masuk. “Nyatanya dengan ada kriteria semua orang ngukur diri. Kemarin kan semua orang ingin. Sekarang semua mengukur diri,” ungkapnya.

Namun Mubarok enggan mengungkapkan nama-nama siapa saja yang dipertimbangkan SBY. Dia terus berkilah dan meminta public bersabar sampai SBY menjatuhkan pilihannya.

Lelaki humoris ini hanya bisa menjawab sementara pertanyaan itu dengan canda khasnya. “Bisa laki-laki bisa perempuan. Bisa tua bisa muda. Inisialnya panjang. Yang jelas warga negara Indonesia, bukan impor,” candanya.(dian widiyanarko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar